Jumat, 10 Februari 2012

PERSAMAAN GENDER DALAM KACAMATA AGAMA DAN BUDAYA


Kesetaraan gender telah menjadi wacana publik, terutama bila menyangkut masalah hak, status, dan kedudukan perempuan. Masalah ini tidak hanya menjadi masalah di Indonesia saja, tetapi juga negara-negara modern di Eropa dan juga Amerika Serikat. masalah diskriminasi perempuan pun masih saja tetap muncul sampai sekarang.
            Meskipun masalah kesetaraan gender telah menjadi wacana yang luas, namun dalam realitanya masih banyak perempuan yang mengalami diskriminasi. Oleh karena itu, perhatian yang lebih untuk masalah ini masih tetap dilakukan. Sebab, tantangan yang dihadapi perempuan tidak hanya datang dari perspektif agama saja, tetapi juga budaya. Dalam pemahaman yang sempit tentang ajaran agama, Kedudukan kaum perempuan tidak setara dengan laki-laki. Demikian pula dalam budaya tertentu, perempuan menempati kedudukan yang rendah dalam masyarakat.
             Dari sudut agama Islam misalnya, Islam memiliki pandangan yang khas dan berbeda dalam melihat dan menyelesaikan masalah perempuan. Termasuk di dalam memandang hakikat politik dan kiprah politik di dalam masyarakat Hal ini terkait dengan pandangan mendasar Islam tentang keberadaan laki-laki dan perempuan di dalam bermasyarakat. Sebagaimana kita ketahui, Islam memandang perempuan pada hakikatnya sama dengan laki-laki, yakni sama-sama sebagai hamba Allah yang memiliki akal, naluri dan kebutuhan fisik. Sedangkan dalam konteks mayarakat, Islam memandang bahwa keberadaan perempuan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan oleh laki-laki. Keduanya diciptakan Yang Maha Kuasa untuk mengemban tanggung jawab menjalani kehidupan ini sesuai kehenadak Allah sebagai pencipta dan pengatur makhluk-Nya (QS. 9:71, 51:56).
            Islam telah memberi aturan yang lebih rinci berkenaan dengan peran dan fungsi masing-masing dalam menjalani kehidupan ini. Adakalanya sama dan adakalanya berbeda. Hanya saja perbedaan dan persamaan pada pembagian peran dan fungsi masing-masing ini tidak bisa dipandang sebagai kesetaraan atau ketidaksetaraan gender. Pembagian tersebut semata-mata merupakan pembagian tugas dalam upaya mewujudkan kehiduan bermasyarakat.
Karena adanya implementasi yang salah dari ajaran agama tersebut yang di sebabkan oleh pengaruh faktor sejarah, lingkungan budaya dan tradisi yang patriarkat di dalam masyarakat, sehingga menimbulkan sikap dan perilaku individual yang secara turun-temurun menentukan status kaum perempuan dan ketimpangan jender tersebut. Hal inilah yang kemudian menimbulkan mitos-mitos salah yang disebarkan melalui nilai-nilai dan tafsir-tafsir ajaran agama yang keliru mengenai keunggulan kaum lelaki dan melemahkan kaum perempuan.
Menurut D.R. Nasaruddin Umar dalam "Jurnal Pemikiran Islam tentang Pemberdayaan Perempuan" (2000), Setidaknya ada dua pandangan dasar yang menyebabkan munculnya ketidakadilan terhadap perempuan. Pertama, keyakinan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, sehingga perempuan dianggap sebagai mahluk kedua yang tidak akan mungkin ada tanpa kehadiran laki-laki. karenanya keberadaan perempuan hanya sebagai pelengkap dan diciptakan hanya untuk tunduk di bawah kekuasaan laki-laki. Kedua, keyakinan bahwa perempuan sebagai sumber dari terusirnya manusia (laki-laki) dari surga, sehingga perempuan dipandang dengan rasa benci, curiga dan jijik, bahkan lebih jauh lagi perempuan dianggap sebagai sumber malapetaka bagi umat manusia
Demikian pula halnya dengan kontruksi budaya kita yang masih bersifat partiarkhi.  Munculnya diskriminasi terhadap perempuan biasanya dipengaruhi oleh keadaan dan adat istiadat masyarakat setempat, baik sosial maupun ekonomi termasuk untuk tujuan politik. Kultur patriarkhi ini secara nyata turut mengambat proses perjuangan kesetaraan gender di tengah kehidupan bermasyarakat. Dalam kondisi tertentu perempuan seringkali dianggap sebagai warga negara kelas dua. Dalam masyarakat jawa misalnya, perempuan seringkali digambarkan sebagai “konco wingking”. Artinya, perempuan hanya ikut laki-laki, sehingga tidak memiliki daya tawar yang kuat dalam suatu rumah tangga.
Salah satu upaya penting untuk paling tidak meminimalkan diskriminasi perempuan yaitu dengan mendekonstruksi kembali budaya kita yang masih bersifat partiarkhi. Adapun pelaksanaannya bisa dimulai dari lingkup yang paling kecil yaitu keluarga. Melalui keluarga inilah kita dapat membentuk sikap kesetaraan antara laki-laki dengan perempuan. Komitmen terhadap proses kesetaraan gender kemudian diperluas melalui kehidupan bernegara. Pemerintah sebagai penyelenggara negara memberikan perlindungan, perlakuan dan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan.
Dalam keadaannya sekarang ini yang terdiskriminasi, maka perempuan harus menyadari bahwa ini bukanlah perjuangan melawan laki-laki dengan tujuan kalah-menang dan demikian halnya laki-laki harus belajar bahwa perlawanan terhadap budaya patriarkhi bukan hanya pembebasan untuk perempuan, melainkan juga pembebasan untuk laki-laki.

8 SERI FIKSI MINI

Fiksi mini ini dibuat setelah mendengar dan melihat kisah beberapa orang kawan. Tujuan utama dibuat fiksi mini ini adalah untuk menuangkan kisah kawan-kawan ke dalam sebuah fiksi mini. Kalau kawan-kawan merasa terganggu, berarti fiksi mini ini berhasil menjalankan fungsi utamanya dengan baik.


#SAHABAT LAMA
Setelah habis kata-kata ini keluar dari mulutku, kau hanya tertawa. Dan aku pun ikut tertawa. Padahal aku serius melamarnya.


#HARAPAN
Pandangan matanya selalu merabai jendela hitam di rumah itu. Jadi harap pahami bila saban hari setiap kali pulang pergi kuliah ia memerlukan waktu "putar rute" untuk sekedar singgah melewati rumah itu. Dibalik jendela itu ia menaruh harapan. Sebagai sahabat kunasihati ia, "Kenapa tak kau ketuk saja jendela itu?". "Aku tak mau harapanku runtuh" jawabnya.  Begitulah setiap hari ia berharap. Berharap dapat melihat lagi senyum manis yang ia lihat bertahun-tahun lalu. Hingga suatu hari jendela itu runtuh, bersama dinding rumah. Runtuh pula harapannya. Dan setelah itu ia memohon padaku,"pinjami aku garpu, akan kucongkel mataku. Aku tak mau berharap lagi".


#MISKIN
Aku berjanji akan meminangmu dengan cara yang tak sanggup dilakukan oleh orang-orang kaya di negeri ini. Kupinang kau dengan mas kawin miskin seumur hidup.


#PAGI
Aku akhirnya tahu mengapa engkau selalu suka pagi. Tentu saja itu karena aku baru saja selesai mandi. Pantas saja kau putuskan aku sepagi ini.


#KELU
Meski gemetar dan terbata-bata, seharusnya ia cukup bilang, "aku cinta kamu dik, maukah kau menjadi pacarku?". Dan walaupun agak menunggu dia juga menjawab, "Hmm, bagaimana ya? aku juga suka kamu mas". Seharusnya mudah duduk perkaranya. Tapi bahasa tak kunjung juga berubah jadi kata-kata. Hingga akhirnya kalian tak pernah bertemu kembali.


#TERLAMBAT
Masih terngiang jelas di telingamu jawabnya kemarin lusa. "Baik, kutunggu kau di depan kelas itu pukul satu". Dan kini pukul satu kurang tujuh kau telah menunggu di depan kelas itu sembari mengingat kembali kata-kata indah yang kau susun malam tadi. Lalu di dalam kelas itu, kau lihat gadis jelita sedang tersipu malu kemudian melirik ke arahmu. Kemudian kata-kata indah itu mengalir begitu saja. Dan jawaban indah juga mengalir dari bibir tipisnya yang manis. Tapi saat itu mulutmu tak pernah bicara. Hanya telingamu yang terbuka dan matamu yang mengintai.


#SKRIPSI
Maaf dik, sedang sibuk mengurus skripsi. Sementara tak ada cinta.


#DOA
Mungkin cerita cinta kita inilah yang paling indah dibalik jurang perbedaan yang dalam dik. Saat kita menikmati indahnya senja, hingga matahari mengintip di ufuk langit yang perlahan mulai gelap, kau selalu mengingatkanku untuk singgah di masjid, dik. Begitu pula aku yang selalu setia mengantar dan menungguimu tiap minggu saat kau melantunkan doa di gereja tua pinggir kota, dik. Tak pernah kita merisaukannya. Hingga suatu malam setelah ayahmu berbicara denganku, air mataku tak sanggup kubendung lagi.


PJ, 28 Agustus 2011.